Seorang sahabat yang dulu sempat aku jadikan anutan, yang telah aku jadikan teladan dalam mengenal Islam. Dan kini dia merasa dirinya sudah redup, tidak bisa bersinar lagi??? Afwan pren, aku ga bermaksud menyebarkan ceritamu di umum, aku ga akan menunjukkan identitasmu kok..
Ketika aku mendengar ceritanya, aku gak tau musti bilang apa... Sebenarnya aku pengin banget ngingetin dia bahwa ia masih beruntung, masih banyak orang yang jauh lebih tidak beruntung darinya. Bahwa segala sesuatu yang terjadi pada kita tidak sepantasnya menyalahkan orang lain bahkan orang tua kita. Aku yakin, gak ada ortu yang mau menghancurkan anaknya, setiap ortu mesti menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Tapi ketika melihatnya sedih, aku jadi gak tega... Aku biarkan dia terus menceritakan hatinya yang sedang galau... aku hanya ikut nangis (lho???? Ga segitu kalee....)
Aku jadi teringat kehidupanku, kehidupanku yang tak lepas dari campur tangan kedua orang tua dan (alhamdulillah) aku tidak pernah menyalahkan mereka. Aku terbiasa dengan keadaan bahwa semua keinginan dalam hidupku tidak selalu terpenuhi. Bahkan ketika aku memilih pendidikan yang aku jalani, hah.... terlalu banyak kalo diceritakan. (wah...nanti kalo aku ceritakan mata kalian berkunang-kunang bacanya ato jangan-jangan ketiduran lagi...)
Aku pikir, kalo ortuku mengabulkan setiap permintaanku mungkin aku dengan senang hati menuruti permintaan mereka (hehehe keliatan ya kalo onyel mau enaknya saja...???). Yang ada justru begitu aku menuruti keinginan mereka, mereka seakan lepas, membiarkan aku menyelesaikan semua masalah sendiri, menjalani kerasnya hidup sendiri. Misalnya saja Ketika kuliah, Aku harus kerja sampingan demi memenuhi segala kebutuhanku yang lain, orang tuaku hanya menjamin untuk sekedar hidup dan biaya kuliah.
Mereka seolah sengaja mengajarkan kerasnya kehidupan kepadaku, bahwa kehidupan nyata tidak semudah yang aku pikirkan, biar aku siap untuk menghadapi hidup ini.
Coba fikirkan dan renungkan hal-hal yang aku kemukakan ini:
- Kalo kita melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan kita, mungkin gak ada tantangan yang berarti, karena kita akan lebih siap menjalaninya. Tapi kalo kita menjalani sesuatu yang belom pernah terfikir dalam benak kita, maka kita akan penuh tantangan dalam menjalaninya. Betul tak???? Di sinilah kita benar-benar menjalani kerasnya kehidupan yang akan mendewasakan kita.
- Soal keinginan orang tua, hei jangan bilang kalo keinginan orang tua bertentangan dengan keinginan kita, ato bertentangan dengan hati kita. Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik buat anaknya, dan kita sendiri juga menginginkan yang terbaik untuk kita sendiri kan? Jadi gak bertentangan HANYA SAJA mungkin cara yang mereka inginkan tidak sejalan dengan hati kita bukannya bertentangan. Gak ada salahnya menuruti keinginan orang tua selama keinginan orang tua tidak melenceng dari syariat-syariat Islam yang menjadi tuntunan hidup kita. Ridlallahi fi ridlo wallidaini...
- Masih menyangkut keinginan orang tua, coba kita pikirkan lagi. Apakah orang tua kita begitu mengatur setiap detil kehidupan kita? Gak kan? Kita masih punya celah untuk melakukan sesuatu yang menjadi keinginan kita. Kreatif-kreatifnya kitalah dalam memanfaatkan celah itu. Eits hati-hati, sekreatif-kreatifnya kita jangan sampai kita berbuat sesuatu yang mengecewakan ortu kita atau menyakiti hati mereka.
- Ambil hikmah dibalik semua kejadian. Seperti misalnya ketika beberapa sahabat aku bercerita bahwa mereka pengin menuntut ilmu di pesantren untuk mendalami Islam (termasuk aku, hehe), tapi ortu malah memasukkan ke sekolah umum. Pikirkan, Justru dengan menuntut ilmu di sekolah umum dan ternyata kita mampu bertahan dan tidak terpengaruh oleh bad efect nya pergaulan atau budaya, hal itu menunjukkan bahwa kita mempunyai mental dan keimanan yang gak kalah ma santri-santri pesantren. Bener ga??? Peace San eh maksudnya santri-santri dari pesantren...
Ehem....It's just my opinion. Be a Proaktif person and always positive thinking...
Ok ???
hidup mengajarkan segalanya...
BalasHapus